Datuk Panglima Lebah Kritik Tajam Gubernur Riau: Riau Butuh Pemimpin Pelobi, Bukan Penjual Aset!
Jagok.co | Tajam, Berimbang, Berani
PEKANBARU, Ahad 11 Mei 2025 | Jagok.co — Polemik kepemimpinan di Provinsi Riau kembali mencuat ke permukaan. Tokoh masyarakat Riau, Thabrani Al-Indragiri yang dikenal luas dengan sebutan Datuk Panglima Lebah, bersuara lantang melalui aliansi yang dipimpinnya: ASET RIAU – Aliansi Selamatkan Aset dan Jaga Riau Bersatu.
Aliansi ini dibentuk sebagai respons atas gejolak kepemimpinan Gubernur Abdul Wahid yang dinilai kerap melontarkan pernyataan kontroversial, bahkan meresahkan. Salah satu yang menjadi sorotan utama adalah rencana penjualan Stadion Utama Riau, aset kebanggaan masyarakat yang berada di Jalan Naga Sakti, Pekanbaru.
“Jual-menjual bukan solusi. Seharusnya Gubernur melobi pusat, bukan melepas aset kebanggaan rakyat,” tegas Thabrani dalam keterangannya kepada media.
Stadion Utama, yang digadang-gadang sebagai salah satu yang terbaik di Asia Tenggara, semestinya dijaga dan dikembangkan sebagai simbol marwah dan daya tawar Riau di level nasional maupun internasional. Bagi Datuk Panglima Lebah, langkah Wahid menunjukkan ketidakmampuan membangun narasi positif di hadapan pemerintah pusat.
“Kalau Sumatera Barat bisa menarik dana pusat, kenapa Riau tidak? Bukankah kekayaan Riau mengalir ke pusat setiap hari?” sindir Thabrani, mengkritik lemahnya diplomasi fiskal yang dilakukan Abdul Wahid.
Lebih lanjut, Thabrani menyoroti potensi besar yang seharusnya bisa dioptimalkan dari perusahaan-perusahaan raksasa yang beroperasi di Bumi Lancang Kuning. “Satu pena pemimpin bisa menentukan arah kebijakan daerah. Tapi kalau pena itu hanya digunakan untuk mengeluh, bukan untuk menandatangani solusi, maka itu pemimpin yang keliru tempat!”
Tak hanya soal aset, Thabrani juga mengkritik tajam disharmoni antara Gubernur Abdul Wahid dan Wakil Gubernur SF Hariyanto. Menurutnya, perpecahan ini menjadi tanda tanya besar atas semangat kolektif yang dulu dijanjikan saat kampanye.
“Waktu kampanye, mereka jualan jargon Riau Bermarwah. Tapi sekarang, kenapa justru ditinggalkan?” ujar Thabrani.
Menurutnya, SF Hariyanto adalah birokrat ulung yang sudah teruji dalam pembangunan. Namun dalam masa kepemimpinan Wahid, Hariyanto justru terkesan dikesampingkan. “Riau tidak butuh Superman, Riau butuh Supertim!” cetusnya, menyinggung gaya kepemimpinan Wahid yang dianggap jalan sendiri.
Sebagai penutup, Thabrani menyampaikan pernyataan keras: “Kalau tidak bisa memimpin secara kolektif, kalau sedikit-sedikit hanya menyalahkan defisit dan menjual aset, maka bersatu atau ganti Gubernur!”
Dengan gaya khasnya yang berapi-api, Thabrani—Datuk Panglima Lebah—kembali mengingatkan, kepemimpinan adalah soal tanggung jawab, bukan keluhan. Riau hari ini, katanya, membutuhkan konsolidasi, bukan polarisasi.
Jagok.co | Tajam, Berimbang, Berani
( Ramlie )


Ramlie 



















